Wednesday 30th of April 2025

Proyek Energi Terbarukan Indonesia Ditargetkan Tercapai di Tahun 2035, Listrik Tenaga Surya Dikelola Oleh Negara

Proyek Energi Terbarukan Indonesia Ditargetkan Tercapai di Tahun 2035, Listrik Tenaga Surya Dikelola Oleh Negara

--

Mapelku.comMenurut sebuah laporan dari CREA, tenaga surya merupakan pilihan terbaik untuk mencapai target 75 GW lebih cepat dari jadwal. Dari total 45 GW, terdapat setidaknya 16,5 GW proyek tenaga surya yang potensial di Indonesia. Jumlah ini lima kali lebih tinggi dari 3,1 GW yang diuraikan dalam Kemitraan Transisi Energi yang Adil (JETP), dan 30% lebih tinggi dari target RUKN 2030 sebesar 12,8 GW.

Melihat pengalaman Vietnam dan Cina, Indonesia masih memiliki waktu untuk mengembangkan proyek-proyek energi surya yang lebih besar sebelum tahun 2030-2035. Analis CREA Katherine Hasan menyatakan bahwa proyek-proyek tersebut perlu dipantau dan dipercepat pengembangannya.

Baca juga: Anggaran Kementerian PU 2025 Disunat Hingga Rp 81 T, Begini Dampaknya Bagi Masyarakat

Baca juga: Sinopsis Dirty Angels Tayang Bioskop Januari 2025, Tentara Wanita Saingan John Wick

“Peningkatan kapasitas energi terbarukan Indonesia hingga empat kali lipat dalam satu dekade ke depan, melebihi target yang ditetapkan dalam RUKN di tahun 2030, akan memastikan Indonesia mencapai target di tahun-tahun mendatang, karena pengembangan energi terbarukan terus dipercepat,” kata Katherine dalam keterangan tertulisnya pada tanggal 4 Februari 2025.

Untuk sektor energi angin, Katherine mencatat adanya kesenjangan karena proyek-proyek prospektif yang tercatat oleh GEM hanya sebesar 2,5 GW, lebih rendah dari target RUKN 2030 sebesar 4,8 GW. Kesenjangan antara potensi tenaga angin dan biaya yang optimal juga semakin besar dan mendesak.

Katherine percaya bahwa Indonesia perlu melakukan lebih banyak upaya dalam pengembangan tenaga angin dan menciptakan iklim investasi yang dapat menarik pembiayaan yang diperlukan. “Dengan memetakan proyek-proyek tenaga surya dan angin yang dapat diimplementasikan sebelum tahun 2030, Indonesia akan melampaui target yang saat ini digariskan dalam RUKN,” jelasnya.

Baca juga: Terus Merugi Akhirnya Bukalapak Tutup Marketplace, Cuma Layani Penjualan Pulsa, Token dan Voucer Game

Baca juga: Sinopsis Film Horor Racun Sangga, Ungkap Kebenaran Ilmu Santet yang Bisa Membuat Hidup Sengsara

Saat ini, 45 GW proyek-proyek prospektif telah memasuki tahap konstruksi, pra-konstruksi, dan pengumuman. Namun, hanya 30,6 GW di antaranya yang telah dijadwalkan untuk dimulai. Sementara itu, 13,6 GW lainnya, yang terdiri dari 10,7 GW energi surya, 1,8 GW energi angin, dan 1,1 GW energi panas bumi, masih harus ditetapkan tanggal dimulainya proyek-proyek tersebut. Katherine menambahkan bahwa realisasi proyek ini akan meningkatkan kapasitas pembangkit listrik Indonesia menjadi 58,5 GW atau 77% dari target RUKN di tahun 2035 sebesar 75,6 GW.

Untuk mencapai target RUKN 2035 dari kapasitas saat ini yang hanya 13,5 GW, Katherine menilai Indonesia masih membutuhkan tambahan 18 GW yang perlu diprioritaskan dalam perencanaan nasional.

Sementara itu, Analis Utama CREA Lauri Myllyvirta mengungkapkan bahwa porsi energi fosil dalam RUKN masih cukup besar, meskipun Presiden Prabowo Subianto telah menargetkan visi bebas fosil di tahun 2040. Dalam RUKN 2024-2060, produksi listrik dari pembangkit berbasis batu bara mencapai 41% dan gas 17%, untuk memenuhi kebutuhan energi sebesar 1.140 TWh di tahun 2040.

Baca juga: Ada 3 Ribu Lebih Warga Kota Bandung Belum Mendapatkan KTP, Akibat Birokrasi Berbelit?

Baca juga: Sinopsis Drama Asura Tayang di Netflix, Ungkap Sisi Gelap Seorang Ayah yang Family Man

Sementara itu, energi terbarukan hanya menyumbang 36%. Pada tahun 2060, porsi energi terbarukan ditargetkan mencapai 50%, sedangkan sisanya berasal dari nuklir, pembangkit listrik tenaga biomassa, dan pembangkit listrik tenaga gas yang dilengkapi dengan teknologi penangkapan karbon (CCS).

Hal ini berbeda dengan skenario bebas fosil yang dimodelkan dalam Laporan Penilaian Keenam (AR6) dari Panel Antarpemerintah untuk Perubahan Iklim (IPCC), yang mengecualikan semua pembangkit listrik berbasis fosil, amonia, hidrogen, dan energi laut. “Dibandingkan dengan jalur hemat biaya yang dimodelkan dalam laporan IPCC AR6 untuk sistem kelistrikan Indonesia yang bebas dari fosil pada tahun 2060, RUKN sangat kurang berinvestasi pada energi terbarukan yang mudah berubah seperti tenaga surya dan angin, dan terlalu banyak berinvestasi pada solusi-solusi yang lebih mahal dan lebih lambat dalam penerapannya,” ujar Lauri Myllyvirta.

Laporan IPCC mengkaji dampak perubahan iklim terhadap alam dan manusia, serta mempertimbangkan kerentanan dan kapasitas ekosistem bumi untuk beradaptasi terhadap perubahan iklim. “Hal ini dapat menghambat visi bebas fosil Presiden Prabowo dan membatasi peluang investasi energi bersih untuk beberapa dekade ke depan,” pungkasnya.

Ringkasan: Laporan CREA menunjukkan bahwa Indonesia memiliki potensi besar dalam pengembangan energi terbarukan, terutama tenaga surya, untuk mencapai target RUKN 2035. Namun, tantangan dalam pengembangan energi angin dan ketergantungan pada energi fosil masih menjadi perhatian. Upaya yang lebih besar diperlukan untuk menciptakan iklim investasi yang mendukung pengembangan energi bersih di masa depan.

Source:

Update Terbaru

RELATED POST